Senin, 31 Agustus 2009

Kleptomania Dorongan Mencuri Tiba-Tiba

Dokter, saya mengalami kesulitan dengan anak saya. Ia sekarang berumur 20 tahun. Sejak SD saya sering mendapat pengaduan dari gurunya kalau anak saya suka mengambil barang-barang temannya. Kebiasaan itu makin menjadi. Kemarin saya mendapat laporan dari sebuah toko swalayan bahwa anak saya mengambil lima buah VCD. Padahal di rumah ia banyak mempunyai VCD.

DEMIKIAN tulis seorang ayah tentang kebiasaan anaknya mencuri. Padahal uang buat anak ini tidak merupakan masalah karena ia mempunyai tabungan yang cukup. Saya pun memberikan uang sesuai dengan kebutuhannya. Saya berusaha akan memenuhinya karena saya cuma mempunyai dua orang anak. Saya malu dengan orang lain seakan­-akan saya tidak pernah memberi uang. Apa yang dicurinya dibiarkan tergeletak di kamarnya dan tidak digunakan.

Di rumah, mainan banyak sekali. Apapun yang dipunyai temannya ia juga punya. Jadi tidak ada alasan karena tidak punya ia sampai mencuri. Saya bersama istri menyayanginya. Namun setelah kejadian ini berulang, saya menjadi tidak sabar, merasa malu dan putus asa. Pernah sampai saya memukulnya karena tidak bisa dinasihati. Sekarang anak saya menjadi murung. Apakah anak saya memang pencuri? Apakah anak saya mempunyai kelainan jiwa?

Anak dengan gejala seperti terlukis di atas dimasukkan ke dalam kelompok besar gangguan kebiasaan dan impuls. Gangguan ini ditandai oleh tindakan yang dilakukan berulang, tidak mempunyai motivasi yang rasional dan jelas yang umumnya merugikan kepentingan pasien sendiri dan orang lain. Pasien melaporkan bahwa perilakunya disertai dengan impuls yang tidak dapat dikendalikan. Ia mencuri barang bukan untuk memilikinya. Ia mencuri barang itu karena terdorong secara tiba-tiba setelah melihat benda itu.

Anak tersebut didiagnosis dengan gangguan curi patologis (kleptomania), yakni gangguan yang ditandai oleh kegagalan menahan dorongan yang berulang-ulang untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang. Barang itu kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain atau dikumpulkan. Sebelum melakukan tindakan, ia mengalami ketegangan dan merasa puas pada saat melakukan tindakan dan segera sesudahnya. Ia tidak melakukan tindakan mencuri pada setiap ada kesempatan. Di antara episode pencurian di toko atau kesempatan lain, sering penderita merasa murung, gelisah dan merasa bersalah. Namun perasaan ini tidak menghentikan dorongan mencuri pada saat muncul secara tiba-tiba.

Anak itu tidak merencanakan melakukan aksi mencuri. Dorongan untuk melakukan itu muncul secara tiba-tiba. Setelah menyadari keadaannya, pada umumnya mereka yang melakukan tindakan ini merasa malu dan jarang melaporkan perilakunya ini. Apa yang menyebabkan keadaan ini, belum diketahui secara pasti. Ada yang menduga dari pandangan psikodinamika karena ada pertahanan melawan impuls, keinginan, konflik atau kebutuhan yang menakutkan di alam bawah sadar. Impuls atau keinginan ini merupakan refleksi motif seksual atau masochistic (kesenangan karena menderita) dan tindakan mencuri merupakan pengeluaran impuls yang menunjukkan mekanisme narsisistik individu yang mudah dikritik untuk mencegah pengecilan diri.

Kebanyakan penelitian menyokong pendapat bahwa seseorang dengan kleptomania mempunyai keruwetan dan disfungsi pada masa kanak-kanaknya. Dorongan mencuri adalah usaha untuk mengembalikan kekurangan pada masa kanak-kanak dini ini. Kleptomania sering ditemukan merupakan bagian dari spektrum gangguan afektif, atau memperlihatkan gejala obsesif kompulsif termasuk kompulsif dalam mencuci tangan, membersihkan, memeriksa, mengumpulkan dan membeli sesuatu atau gangguan makan terutama bulemia. Kleptomania erat hubungan dengan sistem serotonergik. Kleptomania adalah penyakit kronik, umumnya dimulai pada akhir remaja dan kemudian berlanjut beberapa tahun kemudian.

Cara Mengatasi BERDASARKAN pemahaman bahwa gangguan ini disebabkan masa kecil yang tidak terpuaskan yang bisa menimbulkan kegelisahan atau depresi, banyak spikiater mencoba memberikan obat anti-sedih. Namun banyak yang menyembuhkan penderita dengan melakukan pendekatan psikoterapi dengan cara memperbaiki perilaku atau mengubah cara pemahaman penderita mengenai dirinya. Penyembuhan dengan pendekatan psikoterapi dengan orientasi pemahaman memerlukan waktu panjang bisa 2-3 thun. Ada baiknya dilakukan pendekatan untuk mengenal dirinya melalui meditasi. Dengan meditasi, penderita diajar untuk memusatkan pikirannya. Bila ia bisa melakukan pemusatan pikiran dan kemudian ia bisa tidur nyenyak, maka keseimbangan yang diperoleh ini akan meningkatkan fungsi sistem yang ada dalam tubuhnya.

Sistem saraf otonom, sistem daya tahan tubuh dan sistem hormonal akan bekerja bersama-sama dalam keadaan seimbang yang mempengaruhi sistem neurotransmiter. Keseimbangan neurotransmiter ini akan meningkatkan kesadaran anak yang menyebabkan adanya pemahaman diri. Jika dengan dirinya sendiri ia belum mampu untuk memahami dirinya dan mengontrol dirinya, maka anak perlu ditangani oleh psikiater untuk mendapatkan psikoterapi meditasi sehingga proses pemahaman bisa diperoleh lebih cepat.

Jika permasalahannya lebih banyak disebabkan oleh masa kecil yang tidak terpuaskan, maka memperbaiki trauma masa lampau sangat membantu anak memahami dirinya. Anak akan dibawa untuk merasakan apa yang terjadi waktu
kanak-kanak dan menyelesaikan permasalahannya itu. Kalau permasalahan waktu kecil sudah dipahami seumur munculnya masalah itu, maka diharapkan editing sejak mulai adanya permasalahan sampai ke keadaan sekarang akan terjadi secara otomatis yang dilakukan oleh sendiri dirinya. Dengan anak ini melakukan meditasi selama 10 menit setiap hari dua kali, diharapkan disiplin diri sudah terbentuk, pengontrolan diri sudah terlatih sehingga munculnya impuls untuk mencuri bisa segera disadari dan dicegah untuk bertindak.

PENYELESAIAN MASALAH Bagaimana membantu anak untuk mengatasi masalah kebiasaan suka mencuri ini? Diharapkan beberapa cara penyelesaian di bawah ini dapat memberikan petunjuk kepada orang tua dan guru.

1. Mencukupi kebutuhan anak.Banyak anak suka mencuri karena keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang tua mengoreksi diri,apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi? Kelalaian itu bisa terjadi dalam bentuk: tidak memberi makanan yangbergizi, atau tidak menyediakan alat tulis yang dibutuhkan, atau keperluan sehari- hari lainnya. Semuanya itu akanmembuat anak tergoda untuk melakukan pencurian.

2. Memberi perhatian yang cukup.Ada pencurian karena adanya ketidakstabilan dalam jiwa anak. Orang tua yang sibuk hanya tahu mencukupi kebutuhananak secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohaninya. Bila anak itu sehat, puas dan stabil jwanya, tidak mungkin iamencuri untuk mencari perhatian orang dewasa.

3. Mengenali pergaulan anak.Ketika diketahui anak mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya. Apakah ia bergauldengan teman-teman yang berperangai buruk, yang menganggap mencuri itu satu keberanian atau mereka diancamuntuk mencuri. Jika benar teman-teman itu yang bermasalah, maka dengan sabar orang tua harus mengajar anak dan menjelaskan akibat buruk dari mencuri itu.

4. Menyelidiki motivasinya.Selain unsur di atas, mungkin masih ada motivasi yang tersembunyi yang mendorong anak itu mencuri. Cobalah untuk mengetahui kehidupan sosial anak itu, mungkin mereka sedang berpacaran atau sedang terjerumus pada obat-obat terlarang seperti: ganja atau minuman keras. Bila orang tua dengan teliti menyelidiki motivasi anak mencuri, maka akan lebih mudah mengatasi masalahnya.

5. Memasukkan konsep nilai yang benar. Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai dengan teladan yang baik supaya anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain. Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur barangnya sendiri.

6. Melakukan usaha secara bersama. Jika anak sendiri tidak berniat untuk membuang kebiasaan yang jelek, meskipun orang tua atau guru memaksa atau menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah untuk bekerja sama dengan anak, menasihati dan menjelaskan sebab-akibat dari tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa dilakukan, kemudian berdoalah bersama mereka agar bersandar pada anugerah Tuhan untuk hidup dalam kemenangan.

7. Mendidiknya dalam kebenaran.Hati nurani manusiapun berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila anak itu dalam kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia tetap disayangi, apalagi oleh Allah, jika mau bertaubatdan berjanji tidak akan mengulangi lagi. //***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar